Selasa, 29 Desember 2009

BACABUP PDIP TRENGGALEK TRAUMA MASA LALU

Trenggalek, 28/12 - Salah satu Bakal Calon Bupati (Bacabup) Trenggalek, Jawa Timur, yang kembali maju melalui PDI Perjuangan, Mulyadi, terang-terangan mengaku trauma dengan pengalaman pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) 2005 lalu.

Saat itu, mantan Bupati Trenggalek periode 2000-2005 itu sudah dipastikan mendapat "restu" dari dewan pimpinan pusat (DPP) PDIP, tetapi surat rekomendasi yang telah dijadwalkan turun akhirnya "menguap" entah kemana.

"Waktu itu saya merasa ditelikung dari belakang," kata Mulyadi, Senin.

Dia mengaku tak habis pikir dengan kejadian tersebut. Selain sudah mendapat dukungan penuh dari "arus bawah" PDIP Trenggalek, dukungan juga mengalir dari jajaran dewan pimpinan daerah (DPD) PDIP Jawa Timur.

Demikian juga saat usulan atas pencalonannya telah disampaikan ke DPP PDIP. Mulyadi mengatakan bahwa keputusan DPP PDIP waktu itu sejalan dengan suara di DPC PDIP Trenggalek maupun DPD PDIP Jawa Timur.

Namun saat surat rekomendasi dijadwalkan turun ke DPC, "surat sakti" yang sedianya menjadi bukti legal-formal pencalonannya sebagai cabup resmi yang diusung partai berlambang banteng moncong putih itu justru tidak pernah sampai ke tangannya.

"Saya tidak akan bicara siapa pelakunya dan mengapa hal itu bisa terjadi. Saya yakin semua warga PDIP (Trenggalek) tahu kejadian sebenarnya," kata Mulyadi yang saat ini masih aktif sebagai Kepala Inspektorat Pemprov Jatim itu.

Bercermin dari pengalaman masa lalu itulah Mulyadi sangat berharap proses politik dalam penjaringan hingga penentuan bakal calon/calon Bupati Trenggalek di PDIP saat ini berjalan jujur dan tidak direkayasa.

Dia berharap komitmen itu dipegang semua pihak, tidak hanya oleh dirinya maupun jajaran pengurus dan massa PDIP, tetapi juga oleh Bacabup Soeharto yang saat ini kembali menjadi lawan politiknya.

"Mari kita kawal proses ini bersama-sama," kata Mulyadi.

Insiden hilangnya surat rekomendasi dari DPP PDIP untuk pencalonan Mulyadi sebagai cabup resmi PDIP kala itu juga sempat beberapa kali disinggung oleh Sekretaris DPD PDIP Jatim, Kusnadi.

Dalam forum rapat kerja cabang khusus (Rakercabsus) DPC PDIP Trenggalek yang dihadirinya saat itu, Kusnadi mengakui adanya ketidakberesan dalam penentuan Cabup Trenggalek yang disetujui DPP PDIP.

"Kami berharap kejadian itu tidak terulang. Kepada siapapun rekomendasi itu nanti akhirnya diberikan," katanya.

Sebagaimana penjaringan Bacabup Trenggalek yang dilakukan PDIP saat ini, calon yang mendaftar dan diusulkan PDIP dalam Pemilukada 2005 adalah Mulyadi dan Soeharto (Bupati Trenggalek yang sekarang menjabat).

Di antara kedua kandidat itu, nama Mulyadi paling diunggulkan. Bupati Trenggalek periode 2000-2005 tersebut bahkan mendapat dukungan mayoritas pengurus anak cabang (PAC) serta jajaran pengurus DPC hingga DPD PDIP.

Pada akhirnya, surat rekomendasi yang ditandatangani Megawati tidak jadi diperuntukkan Mulyadi, melainkan justru diberikan untuk pencalonan Soeharto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar