Selasa, 29 Desember 2009

GOLKAR "MALU-MALU" SIKAPI PEMILUKADA TRENGGALEK

Trenggalek, 20/12  - Partai Golkar terkesan "malu-malu" dalam menyikapi pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) Trenggalek, Jawa Timur, yang rencananya digelar pertengahan 2010.

Indikasinya, Musyawarah Daerah (Musda) VIII, Sabtu (19/12) hingga Minggu dinihari, yang seharusnya menjadi ajang penentuan sikap politik partai berlambang pohon beringin ini dalam menghadapi momentum pemilukada, justru tak mengeluarkan rekomendasi apapun.

"Secara umum memang tidak ada rekomendasi spesifik menyangkut pemilukada," kata Kepala Bidang Hukum dan HAM DPD Partai Golkar Trenggalek Haris Sudiono, Minggu.

Dia berdalih, titik konsentrasi Musda VIII partainya adalah melakukan suksesi lima tahunan. 

Jadi, selain fokus pada laporan pertanggungjawaban pengurus DPD periode 2004-2009, agenda utama Musda VIII adalah memilih atau menentukan ketua umum baru berikut jajaran pengurusnya untuk memimpin DPD Partai Golkar Trenggalek periode 2009-2014.

"Masalah itu (pemilukada) mungkin akan dibahas dalam forum-forum selanjutnya," ucap Haris.

Musda yang sedianya digelar selama dua hari tetapi akhirnya dimampatkan menjadi hanya sehari semalam itu, sebenarnya juga sempat menyinggung masalah Pemilukada Trenggalek.

Namun, tak ada satupun bahasan yang menyinggung arah dukungan partai ini pada calon-calon atau kandidat cabup-cawabup yang saat ini sudah beredar di tengah masyarakat setempat. 

Apakah akan mendukung calon masih menjabat ("incumbent") Bupati Trenggalek Soeharto, mantan calon Bupati Trenggalek yang dulu juga dijagokan partai Golkar Mulyadi, Wakil Bupati Trenggalek Maksun Ismail, atau malah ingin mengajukan calon bupati sendiri dari internal Partai Golkar.

Informasinya, memang sempat beredar nama-nama kandidat dari kader Partai Golkar seperti Miklasiati dan Sukono. 

Tetapi, keseriusan kedua orang ini untuk maju menuju kursi "AG 1" atau Bupati Trenggalek masih diragukan.

Miklasiati, misalnya, politisi perempuan Partai Golkar yang telah menjadi anggota DPRD dua periode ini sempat disebut-sebut akan maju dalam perebutan kursi ketua umum dalam musda, Sabtu (19/12). 

Tetapi nyatanya, istri mantan Asisten I Pemkab Trenggalek ini mengundurkan diri beberapa saat sebelum pemilihan digelar.

Sukono dalam beberapa kali kesempatan mengakui bahwa peluang partainya untuk mengajukan calon bupati dari internal kader sangatlah kecil.

Alasannya sangat sederhana, perolehan suara Partai Golkar dalam pemilihan legislatif 2009 lalu tidak memenuhi syarat untuk mengajukan calon sendiri. 

Partai Golkar, kata Sukono, membutuhkan partai lain untuk dijadikan mitra koalisi guna menghadapi Pemilukada Trenggalek 2010.

"Skenario yang paling mungkin dilakukan adalam Partai Golkar mendukung salah satu kandidat dengan syarat diberi jatah kursi wakil bupati," kata ketua Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI) Kabupaten Trenggalek dr Sardjono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar